4/24/2015

Aku bukanlah orang yang suka mengoleksi novel. Bukan karena tidak suka hanya saja aku pikir jika hanya novel aku bisa pinjam ke temanku. Tapi tidak untuk novel yang satu ini, Burung-Burung Manyar namanya. Buah karya dari Y.B. Mangunwijaya. Bermula dari sebuah diskusi santai bersama temanku tentang buku, sampailah dia bercerita tentang novel Burung-Burung Manyar. Dia bercerita bahwa dia begitu ingin memiliki novel tersebut namun belum juga kesampaian. Aku pun penasaran, seperti apa novel Burung-Burung Manyar itu sampai ia begitu menginginkannya. Dari apa yang ia ceritakan, aku mulai tertarik dengan novel tersebut. Aku pun berkonsultasi dengan Mbah Google.
            Google....”burung-burung manyar”, search..
Y.B. Mangunwijaya
Burung-Burung Manyar
            Dari Mbah Google aku mendapatkan informasi bahwa novel tersebut telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, seperti Jepang (Arashi no Naka no Manyar), Inggris (The Weavebirds), dan Belanda (Het boek van Wevervogel). Keren bukan? Bisa dibilang novel ini merupakan sebuah mahakarya di masanya. Dan yang tak kalah menarik dari novel ini bagiku adalah, setting waktu yang diambil adalah pada masa kemerdekaan. Tak pelak hal ini semakin menambah keinginanku untuk membelinya.
            Ada sedikit kisah menarik saat aku mencari novel ini di sebuah toko buku. Aku yang mulai lelah mencari-cari keberadaan novel tersebut, mencoba peruntungan dengan bertanya pada seorang penjaga toko. Sebut saja “masnya”. Semoga masnya bisa memberi pencerahan padaku. Setelah kujelaskan keperluanku, masnya ber “oh” pertanda mengerti apa yang kucari. Ia pun menunjukkan isyarat agar aku mengikutinya. Eh...bukannya ditunjukkan novel Burung-Burung Manyar malah ditunjukkan deretan buku yang isinya cara merawat burung manyar. Di situ kadang saya merasa sedih. Duh mas, aku nyari novel bukan mau melihara burung. Tapi karena tidak ingin membuat masnya bersedih hati aku pun pura-pura memilah-milah buku tersebut sebelum akhirnya kabur ketika masnya pergi. Haha.
            Singkat cerita, aku akhirnya berhasil mendapatkan buku tersebut. Sebelum kubaca, aku sampuli terlebih dulu buku tersebut layaknya buku-bukuku yang lain. Biar awet bos. Haha. Aku buka lembar demi lembar novel tersebut, kubaca dengan seksama sambil membayangkan cerita yang disajikan novel tersebut. Aku begitu menikmati membaca novel tersebut hingga tak terasa aku telah merampungkan novel tersebut kurang dari 24 jam. Haha.

MANUSIAWI
            Itulah satu kata yang aku pilih apabila diminta untuk menggambarkan novel tersebut dengan satu kata. Lewat Burung-Burung Manyar kita diajak oleh Y.B Mangunwijaya untuk melihat sisi lain dari masa kemerdekaan. Dalam hal ini kita diajak untuk melihatnya dari sisi pribumi yang mengabdi pada Belanda. Seorang pribumi yang begitu membenci Jepang. Seorang pribumi yang anti republik. Pribumi tersebut bernama Setadewa, alias Teto. Seorang anak letnan KNIL (tentara kerajaan Belanda).
            Aku selalu membayangkan bahwa kemerdekaan adalah impian semua rakyat Indonesia kala itu. Aku selalu membayangkan bahwa keadaan pasti akan lebih baik setelah Indonesia merdeka. Tapi itu dulu. Seiring berjalannya waktu aku mulai sadar bahwa setiap perubahan, sebut aja revolusi pasti timbul yang namanya gejolak. Ada masa di mana kita merasa bahwa keadaan tak jua kunjung membaik meski telah terjadi revolusi. Bahkan mungkin bagi sebagian orang justru terasa semakin buruk. Terutama bagi rakyat kecil yang bisa jadi tidak begitu peduli dengan yang namanya kemerdekaan. Tak peduli siapa yang menjadi pemimpin mereka. Asal mereka bisa makan tiap hari saja itu sudah cukup.
Aku masih belum mampu membayangkan bagaimana jika aku hidup di masa kemerdekaan. Hidup di masa sebuah negara mencoba berdiri sendiri setelah ratusan tahun tertidur telungkup. Masa di mana sebuah negara sedang mencari pijakan dan jati diri. Pastilah berat. Lewat Burung-Burung Manyar ini, kita diajak untuk merasakan itu semua. Hidup di masa awal kemerdekaan dengan sudut pandang dari seseorang yang anti republik dan lebih memihak Belanda.
            Lantas, salahkah Teto yang lebih memilih memihak Belanda ketimbang republik? Begini, mari coba kita berandai-andai jika kita menjadi Teto. Lahir sebagai anak seorang letnan KNIL dan masih keturunan keraton. Bukankah Teto kecil terbiasa hidup nyaman dan bebas? Sebelum akhirnya Jepang datang dan membuat keluarganya terpisah. Ayahnya ditangkap tentara Jepang, sedangkan ibunya harus merelakan dirinya menjadi budak Jepang demi keselamatan ayahnya. Untuk alasan satu ini aku kira semua akan setuju jika Teto begitu membenci Jepang. Tapi kenapa ia masih saja memihak Belanda ketimbang membela republik saat kemerdekaan itu tiba? Silahkan temukan jawabannya sendiri ya...hehe
            Novel ini memang berlatar belakang zaman kemerdekaan. Tapi novel ini tidak hanya berbicara tentang heroisme perjuangan, novel ini juga bicara tentang roman. Bahkan di sampul bukunya sudah terpampang jelas, sebuah roman. Aku suka bagaimana cara Y.B. Mangunwijaya menggambarkan romantisme di novel ini. Tidak berlebihan dan terasa begitu manusiawi. Sebuah romantisme yang begitu jantan. Romantisme antara Teto yang anti republik dengan Atik yang pro republik.
            Overall, aku suka sekali dengan Burung-Burung Manyar. Novel ini begitu hidup. Aku suka alur ceritanya, aku suka setting ceritanya, aku suka penokohannya, aku suka bahasanya, aku suka Burung-Burung Manyar. Bacalah, dan nikmati sensasinya. Haha.

Posted on 2:35:00 PM by Unknown

No comments

4/23/2015

Mawar merah
Rose
Perkenalkan, namaku Rose. Begitulah aku biasa dipanggil dan begitu pula nama lengkapku. Ya, namaku hanya Rose. Satu kata, 4 huruf. Tak kurang dan tak lebih. Aku ingatkan, jangan pernah kalian mengejekkuku karena namaku. Kalian boleh mengejekku karena kejelekan rupaku atau karena ketidakmampuanku akan berbagai hal, tapi tidak untuk namaku. Nama ini adalah satu-satunya peninggalan dari Almarhumah ibuku. Takkan kubiarkan siapapun menertawakannya.
            Aku ulangi sekali lagi, namaku Rose. Aku dilahirkan pada masa peralihan antara musim kemarau menuju musim penghujan. Kala pohon-pohon mulai bersemi. Kala burung-burung berkicau riang menyambut turunnya berkah dari langit. Kala hanya ada satu bunga mawar yang mekar di pekarangan rumah. Kesendirian mawar itulah yang menjadikannya pusat perhatian dan begitu dijaga oleh kedua orang tuaku yang memang pecinta bunga. Hingga akhirnya aku lahir menyapa dunia dan dinamai Rose. Mawar satu-satunya keluargaku. Mawar yang menjadi pusat perhatian dan akan selalu dijaga.
Baik, mari hentikan pembicaraan tentang nama. Aku takut aku tidak dapat menahan segala rasa yang telah lama kusimpan rapat-rapat untuk diriku sendiri.
Singkat cerita, kini aku sudah besar. Aku telah berumur 23 tahun. Umur yang mulai bisa disebut dewasa untuk ukuran seorang perempuan. Umur di mana seorang perempuan mulai sering ditanya tentang jalan hidup yang ia pilih. Jalan hidup yang selalu saja dipertanyakan setiap orang meskipun aku sudah memilih dan aku sendiri yang akan menjalaninya. Namun tetap saja pertanyaan yang berisi keraguan tentang apa yang aku pilih selalu saja muncul. Mengapa pilih ini lah, mengapa pilih itu lah, dan saudara mengapa mengapa yang lain selalu saja bermunculan. Seolah apapun yang aku pilih salah di mata mereka. Plis, mengapa tidak kalian berhenti melemparkan kata mengapa padaku? Aku benci dengan kata itu. Aku bukanlah orang yang kuat yang bisa terus berdiri dihujani kata mengapa. Jadi kumohon berhentilah mempertanyakan segala keputusanku.
Dari sekian pertanyaan mengapa yang paling sering muncul adalah mengapa di usiaku yang sudah menginjak 23 tahun ini aku belum juga menunjukkan keinginan untuk menikah. Ya, aku memang belum ingin menikah dalam waktu dekat ini. Bukan karena aku tidak ingin apalagi karena tidak ada lelaki yang tertarik padaku. Percayalah, sudah ada beberapa lelaki yang mencoba mendekatiku. Mencoba menawarkan janji-janji palsu mereka yang hanya aku anggap sebagai angin lalu. Untuk saat ini, aku hanya masih ingin bebas. Aku hanya ingin bermesraan dengan diriku sendiri. Sebelum kelak aku menjadi seorang istri. Dan jika waktu itu tiba, percayalah aku rela mengorbankan setiap kebebasanku dan hidup di bawah ketiak suami.
Jika kalian tidak pernah merasakan rasanya menjadi anak rumahan sepanjang hidup, maka jangan sekali-kali kalian mempertanyakan keputusanku itu. Kalian harus tahu, aku bosan. Aku bosan terus menerus menjadi mawar yang terkurung di pekarangan rumah. Yang hanya bisa melihat iri pada kupu-kupu yang bisa terbang bebas sesuka hatinya. Aku sangat ingin sekali keluar. Merasakan matahari pagi dari puncak gunung, menikmati indahnya senja di bibir pantai, aku ingin menikmati suka duka hidup sendiri.
Aku ingin kerja di luar kota, jauh dari sanak famili. Aku ingin merasakan nikmatnya menikmati hasil jerih payah sendiri. Menikmati setiap jatuh bangun yang aku yakin akan membuatku semakin kuat dalam menghadapi hidup. Aku sampai saat ini aku tidak sekalipun menyesali pilihan yang telah aku pilih. Meski sudah setahun lebih semenjak aku lulus dan menjadi seorang sarjana namun aku belum juga mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan. Aku, yang dulu di elu-elukan sebagai harapan bangsa ketika masih menjadi mahasiswa, kini hanya menjadi beban bangsa. Kini, aku menjadi bagian dari sekian juta penggangguran yang ada di negri ini. Dan dengan titel sarjana yang aku sandang bebanku sebagai pengangguran semakin berat. Memang benar kata orang-orang, bahwa menjadi sarjana bukanlah sebuah jaminan untuk mendapatkan hidup yang lebih mudah.
Aku memang belum mendapatkan pekerjaan tapi bukan berarti aku cuma berdiam diri saja selama setahun ini. Aku terus bergerilya dari satu kota ke kota yang lain untuk mendapatkan pekerjaan yang layak buatku. Aku memang orangnya suka pilih-pilih. Aku enggan jika harus bekerja di sembarang tempat, apalagi tidak sesuai dengan bidangku. Aku tidak ingin menghabiskan waktu kebebasanku yang aku pikir tidak akan lama ini hanya untuk bekerja di tempat yang tidak aku senangi. Aku ingin bekerja dengan sepenuh jiwa bukan karena keterpaksaan. Selama aku masih bisa memilih maka aku lebih baik memilih.
Aku ingin sedikit bercerita tentang sedikit usahaku dalam mendapatkan pekerjaan. Pernah suatu ketika sekitar jam 9 malam aku mendapatkan panggilan tes kerja dari sebuah perusahaan di Surabaya. Padahal aku waktu itu masih dalam perjalanan pulang dari Yogyakarta ke Solo dan besok pagi harus sudah berada di Surabaya. Aku bingung. Ini sudah malam dan jika ingin ikut tes maka kau harus berangkat malam ini juga. Aku ini seorang perempuan. Apa kata orang jika aku keluar malam-malam begini. Pasti akan semakin banyak kata mengapa yang akan menghampiriku. Aku juga tidak mungkin mengajak ayahku yang sudah tua dan harus bekerja esok hari.
Aku pun akhirnya mencoba peruntungan dengan mengajak teman dekatku, Cinta namanya. Aku sebenarnya tidak terlalu berharap banyak selain karena sudah malam, Solo-Surabaya bukanlah jarak yang dekat. Tapi ternyata Tuhan sedang berbaik hati. Cinta mau menemani perjalananku. Dan dengan restu dari ayahku, kami berdua pun berangkat ke Surabaya tengah malam itu juga.
Aku memang belum tahu hasil dari tes kerja ku yang di Surabaya itu. Tapi aku sangat berharap aku bisa diterima sehingga aku dapat mengakhiri pencarianku. Aku mulai lelah. Sudah terlalu banyak pertanyaan mengapa yang menghampiriku. Aku ingin segera mengakhirinya dan mengusir jauh-jauh pertanyaan-pertanyaan itu dari kehidupanku.

Baik, sepertinya aku harus menyudahi cerita ini sampai di sini dulu. Aku harus segera pergi ke Semarang. Lain kali mari kita lanjutkan.

Posted on 9:05:00 AM by Unknown

No comments

4/21/2015

Melanjutkan kisah sebelumnya, mari kita kembali menapak tilas perjalanan kerjasama Solo Mengajar dan Taman Cerdas Gandekan.
Fun music education
Gandekan Squad Versi Jadul
VOLUNTEER 7

Kepala Sekolah: Ahmad Saifudin
Kegiatan Reguler:
            Kegiatan belajar mengajar pada periode ini kembali berjalan lancar. Volunteer 7 yang menjadi garda terdepan dalam pembelajaran sangat bisa diandalkan. Selain itu, hari pembelajaran antar Taman Cerdas maupun Rumah Mengajar tak lagi sama pada periode ini. Hal ini memungkinkan vols dari TC maupun RM lain untuk saling bahu membahu dalam proses pembelajaran. Di sisi lain, para vols juga mulai aktif mengajak teman-temannya untuk turut mengajar. Hasilnya? tak ada lagi yang namanya kekurangan tenaga pengajar seperti yang terjadi pada periode sebelumnya. Bahkan, pengajar TC Gandekan adalah yang paling banyak apabila dibandingkan dengan TC maupun RM lain.
            Kembalinya tenaga pengajar berdampak pada kembalinya adik-adik yang dulu sempat menghilang. Ada sedikit cerita pada waktu vols 7 ini mengajar pertama kali di TC Gandekan. Ada beberapa dari mereka yang mendapat penolakan dari adik-adik sebelum akhirnya kini mereka menjadi salah satu pengajar favorit di TC Gandekan. Contoh? lihat foto di bawah ini.
fun music education solo mengajar
Puput Saputro in Action
Kegiatan Non Reguler:
            Pada periode ini di Solo Mengajar telah diberlakukan sistem pembelajaran tematik berdasarkan bulan. Misalnya saja bulan musik, maka pada bulan itu kegiatan non reguler yang dilaksanakan tak jauh-jauh dari yang namanya musik. Kegiatan non reguler yang paling menonjol pada periode ini adalah peringatan Hari Kartini di Car Free Day. Di sana kami membuat stand pameran karya-karya mereka, baik itu berupa gambar maupun puisi. Selain itu, adik-adik juga diminta untuk menampilkan talent mereka, yaitu berupa pembacaan puisi dan bermain musik.
taman cerdas gandekan solo mengajar
Kartini's Day di Car Free Day
            Tak hanya peringatan Hari Kartini, pada periode ini kami pun turut berpartisipasi dalam acara Kirab Bhinneka yang diadakan oleh Kelurahan Gandekan. Dalam acara ini sendiri hadir langsung Walikota Solo, Bapak Rudy.
taman cerdas gandekan solo mengajar
Kirab Bhinneka Kelurahan Gandekan
            Ah iya, satu lagi. Kami juga ada buka bersama juga dengan kawan-kawan Kimia 2010 MIPA UNS. Terima kasih kakak-kakak. Nih, tak kasih senyum termasnisku :)
taman cerdas gandekan solo mengajar
Buka Bersama Kimia MIPA UNS '10 - TC Gandekan
Catatan Kecil:
            Selain sebagai kepala sekolah yang bertugas untuk memastikan kegiatan belajar mengajar di TC Gandekan berjalandengan lancar, aku turut mewajibkan vols di TC Gandekan untuk menuliskan ceritanya tentang Solo Mengajar. Meski hingga saat ini masih ada aja yang belum juga ngirim. Semoga setelah baca tulisan ini mereka sadar bahwa aku masih menantikan tulisan dari mereka. Hihi *ketawa jahat
            O iya, pada periode ini juga mulai diadakan Gandekan on Vacation (GOV). Sebuah acara yang bertujuan untuk mengakrabkan vols Gandekan. Acara GOV pertama ini dilaksanakan di Pantai Pok Tunggal. GOV akhirnya menjadi agenda wajib di tiap angkatan vols TC Gandekan. Simpelnya GOV ini dilaksanakan setahun 2 kali.
taman cerdas gandekan solo mengajar
Gandekan on Vacation at Pok Tunggal

VOLUNTEER 8

Kegiatan Reguler:
            Secara umum kegiatan reguler pada periode ini berjalan lancar meski Volunteer 8 cukup sering absen. Hal ini dapat tercover karena vols 7 masih banyak yang bertahan. Vols 7 yang tidak lagi mengajar hanyalah mereka yang sudah di luar kota, selebihnya masih berpartisipasi aktif di tiap kegiatan belajar mengajar. Aku kira tak banyak hal yang menjadi catatan karena tak berbeda dari periode sebelumnya selain tambahan vols 8.

Kegiatan Non Reguler:
            Masih menggunakan bulan tematik, kegiatan non reguler pada periode ini pun disesuaikan dengan tema per bulannya. Kegiatan non reguler yang paling menonjol pada periode ini adalah adanya pentas akhir tahun. Pentas akhir tahun yang bertajuk “Fun Music Education” ini berlangsung cukup meriah. Pada acara ini kami mencoba menampilkan bakat-bakat dari adik-adik yang kami ajar. Ada yang menampilkan teater, berbagai jenis seni tari, dan gerak lagu. Tak mau ketinggalan dengan adik-adik, kami para vols, pengurus TC, dan karang taruna pun turut menyumbangkan penampilan. Acara ini sendiri dihadiri oleh warga sekitar, orang tua murid, perangkat desa, bahkan Pak Camat dan Kapolres Jebres pun turut hadir. Ah, terharu rasanya jika mengingat bagaimana kami mempersiapkan acara ini dengan segala keterbatasan.
taman cerdas gandekan solo mengajar
Teater Bocah ft Volunteer at Gandekan Fun Music Education
taman cerdas gandekan solo mengajar
Tari Bali, perform by Putri, Lita, dkk
taman cerdas gandekan solo mengajar
Musikalisasi Puisi by Pakdhe Joko dan Pengurus TC Gandekan
Catatan Kecil:
            Sebagai mantan kepala sekolah, aku tidak lagi terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hanya terkadang jika diperlukan aku masih mengajar, selebihnya aku lebih banyak bertugas mengkondisikan adik-adik yang berlarian dan enggan belajar.
            Ah, iya. Di akhir periode ini TC Gandekan kedatangan tamu spesial. Beliau adalah Mendikbud, Bapak Anies Baswedan.
Anies baswedan solo mengajar
Kunjungan Mendikbud, Bapak Anies Baswedan di TC Gandekan

VOLUNTEER 9

Kepala Sekolah: Rahmad Aditya Caesar
Status: On Going...haha

            Kurang lebih begitulah jejak langkah kami, Solo Mengajar di Taman Cerdas Gandekan selama 2 tahun ini. Semoga jejak-jejak langkah ini dapat menjadi pembelajaran bagi vols generasi selanjutnya dan menjadi catatan sejarah kami, Solo Mengajar. Dan untuk mengakhiri kilas balik ini, yuuk, jargon dulu...

TC GANDEKAN...CERIA, SEMANGAT, YESS!!
SM....TOP!!
           

NB: Jika sekiranya ada informasi yang kurang atau perlu dikoreksi silahkan ditulis langsung saja di kolom komentar. InsyaAllah akan aku benerin. Mohon kerjasamanya demi menjaga jejak langkah kita kawan :D

Posted on 1:26:00 PM by Unknown

No comments

Time fly so fast. Tak terasa, tepat pada 28 April 2015 nanti, tepat 2 tahun sudah kerjasama antara Solo Mengajar dengan Taman Cerdas Gandekan terjalin. 2 tahun yang bisa jadi merupakan waktu yang lama namun bisa juga merupakan waktu yang begitu singkat. Lama jika melihat telah banyak sekali kenangan yang terukir selama 2 tahun ini. Singkat jika melihat masih banyak sekali PR yang masih harus kami selesaikan. Namanya juga pergerakan. Takkan pernah mengenal kata akhir.
Baik, mari kita coba menapak tilas jejak-jejak perjalanan ini.

28 APRIL 2013
Matahari pagi hari ini bersinar cukup cerah. Secerah masa depan Solo Mengajar yang pada hari ini akan memasuki babak baru. Jika sebelumnya Solo Mengajar hanya mengajar di Taman Cerdas Mojosongo, maka setelah hari ini Solo Mengajar akan mengajar di tempat baru. Tempat di mana lilin-lilin harapan ini mendapatkan tempat untuk bersinar, bahkan mungkin lebih terang. Tempat baru itu bernama Taman Cerdas Gandekan.
Dihadiri langsung oleh para sesepuh Solo Mengajar (Sebut saja Pak Yoga dan Pak Hanny), pengurus Taman Cerdas Gandekan, segenap perangkat desa, warga sekitar dan tak ketinggalan para volunteer Solo Mengajar, berlangsunglah acara peresmian kerjasama Solo Mengajar-Taman Cerdas Gandekan. Acara yang diselenggarakan cukup sederhana dengan nuansa Hari Kartini ini berlangsung lancar. Puncak acara ini sendiri berupa penandatanganan kerjasama antara pihak Solo Mengajar dan Taman Cerdas Gandekan. Dengan adanya hitam di tas putih ini, resmi sudah Solo Mengajar memasuki babak baru. Babak baru dalam usahanya memberi pelayanan pendidikan di seluruh wilayah Kota Solo.
taman cerdas gandekan solo mengajar
Peresmian Kerjasama Solo Mengajar-Taman Cerdas Gandekan
2 MEI 2013
Hari itu adalah hari di mana pertama kali kegiatan belajar mengajar di TC Gandekan dilaksanakan. Begitulah seingatku. Jika salah tolong kasih tahu ya, hhe. Sejak hari itu hingga sekarang, kegiatan belajar mengajar di sana masih terus berlangsung tiap Selasa dan Kamis malam. Untuk mempermudah menapak tilas perjalanan 2 tahun Solo Mengajar-TC Gandekan maka akan aku bagi berdasarkan angkatan volunteer.

taman cerdas gandekan solo mengajar
Ken - Deka in Action
VOLUNTEER 5

Kepala Sekolah: Helmi Mukti Yulia
Kegiatan Reguler:
Kegiatan reguler pada periode ini berjalan cukup lancar. Volunteer 5 yang waktu itu baru saja bergabung dan mendapatkan kontrak kerja selama 2 bulan menjalankan tugasnya dengan baik. Tiap kelas waktu itu diampu oleh tiga orang vols, dengan salah satunya menjadi koordinator. Tiga orang inilah yang nantinya bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut.
Adik-adik yang ikut belajar bersama di TC Gandekan pada masa ini pun banyak. Hm, anggep saja sekurang-kurangnya 60 anak hadir tiap Selasa dan Kamis malam. Dan menurutku, pada masa ini adik-adiknya kebanyakan masih nurut dan masih malu-malu. Ah, ada beberapa dari mereka yang sekarang tak lagi hadir. Miss them T.T
taman cerdas gandekan solo mengajar
Kegiatan Belajar Mengajar
.Kegiatan Non Reguler:
Tak banyak kegiatan non reguler yang diadakan pada periode ini. Kegiatan non reguler yang dilaksanakan pada periode itu salah satunya adalah Outbond di lapangan kelurahan. Selain bermain di setiap posnya, dalam kegiatan ini adik-adik diajak berkeliling kelurahan sambil memungut sampah yang mereka lihat di sepanjang jalan.
taman cerdas gandekan solo mengajar
Outing Class
Catatan Kecil:
Pada periode ini awalnya aku mengajar di kelas 1-2. Namun seiring dengan kedatangan volunteer 5, aku pun harus merelakan mereka mengambil tempatku. Aku tak punya kelas yang tetap, kadang ngajar kelas ini, kadang ngajar kelas itu. Ya udah kayak stuntman gitu, pengganti pemeran utama apabila berhalangan. Haha.

VOLUNTEER 6

Kepala Sekolah: Apriliana Kurniasari
Kegiatan Reguler:
Kegiatan reguler pada periode ini tak berjalan semulus periode sebelumnya. Volunteer 6 yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam sebagai pengajar di sana terkena seleksi alam. Tak banyak yang bertahan sampai akhir. Di sisi lain, vols 5 yang kontraknya sudah habis pun tak banyak yang recommit sehingga pada periode ini tak jarang kami kekurangan tenaga pengajar. Apalagi waktu itu Solo Mengajar telah membuka pelayanan di 5 Taman Cerdas dan 1 Rumah Mengajar. Hal ini membuat volunteer menjadi tersebar dan tidak bisa saling membantu karena jadwal kegiatan belajar masih bebarengan. Selasa dan Kamis.
Berkurangnya vols pada periode ini berpengaruh pada berkurangnya adik-adik yang belajar di TC Gandekan. Bisa jadi hal ini dikarenakan ada sejumlah anak yang tidak mendapatkan perhatian sehingga akhirnya mereka memilih untuk tidak berangkat.

Kegiatan Non Reguler:
Sama seperti periode sebelumnya, kegiatan yang paling menonjol di periode ini adalah Outbond. Bedanya outbond pada periode ini dilakukan di Sondokoro, Karanganyar. Selain tempat yang notabene lebih jauh, pada outbond kali ini pesertanya pun tak hanya anak-anak, orang tua mereka pun turut kami ajak.
taman cerdas gandekan solo mengajar
Outbond di Sondokoro, Karanganyar
taman cerdas gandekan solo mengajar
Outbond di Sondokoro, Karanganyar
Catatan Kecil:
Pada periode ini aku tak lagi menjadi stuntman. Kurangnya pengajar membuat aku kembali menjadi pemeran utama. Haha. Aku biasanya mengajar kelas 5 pada periode ini.


NB: Jika sekiranya ada informasi yang kurang atau perlu dikoreksi silahkan ditulis langsung saja di kolom komentar. InsyaAllah akan aku benerin. Mohon kerjasamanya demi menjaga jejak langkah kita kawan :D

Posted on 9:09:00 AM by Unknown

No comments