2/19/2014

BEM FT UNS
Public Speaking and Leadership Training (PASAL) 2012
Sedikit iseng, mencoba membuka lembaran memori yang telah usang dan nemu yang beginian di lepi. Tulisan dua tahun yang lalu. Tak ada yang spesial dari tulisannya namun banyak kesan yang tertinggal dari acaranya.

Kalau diri ini tak salah ingat, di sinilah awal persahabatan itu dimulai. Di sini juga semua benih-benih impian dan idealisme mulai tumbuh. Ah, banyak sekali yang bermula dari sini. Ini dia ‘manuscript’ tulisan tersebut. Sengaja tak ada yang diubah, demi keaslian dan sarana untuk memantau 'perkembangan'.

Pada tanggal 24-26 Februari 2012 BEM UNS mengadakan acara PASAL yang diikuti oleh berbagai delegasi dari ormawa yang ada di UNS. Pada kesempatan kali ini SIM UNS mengirimkan 2 orang sebagai delegasi. Acara PASAL tahun ini bertempat di Villa Wahyu Sari B Tawangmangu.

Acara PASAL tahun ini mengambil tema “Improve your skill, prove your talent”. Secara garis besar acara ini merupakan sebuah rangkaian acara, sebut saja Spiritual Building, Leadership dan Public Speaking. Sebanyak 50 delegasi dari berbagai ormawa yang ada di UNS mengikuti acara ini.

Hari pertama acara dimulai dengan sambutan dari ketua panitia serta sambutan Presiden BEM UNS yang diwakili oleh Sekjen BEM UNS, saudari Anis. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan kontrak forum yang telah disepakati bersama. Pada hari pertama kali ini para peserta mendapatkan materi Spiritual Building yang dipandu oleh trainer dari Trusco. Dengan adanya Spiritual Building ini diharapkan peserta dapat memahami berbagai potensi yang ada pada diri manusia serta sebagai sarana untuk mempersiapkan kondisi kejiwaan peserta sebelum mengikuti training ini sampai selesai.

Hari kedua acara dimulai dengan Sholat Malam bersama di masjid dilanjutkan dengan sholat subuh bersama. Peserta kemudian kembali ke villa, mempersiapakan diri untuk olahraga pagi. Di hari kedua ini acara dipandu oleh co-trainer yang merupakan alumni dari Training for Trainer (TFT) 2011. Untuk materi pertama isu yang diangkat adalah tentang leadership. Setiap peserta diwajibkan menulis sosok pemimpin ideal menurut pendapatnya masing – masing. Setelah semua selesai menulis di depan, sekarang peserta harus membuat urutan berdasarkan skala prioritas. Sempat terjadi perdebatan sengit di antara peserta. Sudah seperti debat kusir saja, tak ada ujungnya.

Kedatangan saudara Pidi Winata, selaku Direktur Sekolah Pintar Merapi (SPM) ke tempat acara memaksa perdebatan dihentikan. Kedatangan beliau di sini bukan hanya untuk berkunjung tetapi juga untuk menyampaikan materi terkait peran dan posisi peserta.

“Ketika tempat di sekitarmu gelap dan pekat, maka kamu patut curiga bahwa kamulah yang harus menyinari tempat tersebut”, kata Pidi Winata. Berbagai kata – kata dan petuah beliau seperti menyihir para peserta, memberikan semangat baru untuk terus berjuang mengubah keadaan di sekitar kita menjadi lebih baik.

Forum Discussion Group (FGD) menjadi acara selanjutnya setelah materi dari saudara Pidi Winata. Tema yang diangkat kali ini adalah “berbagai masalah yang ada di organisasi”. Peserta di sini berkelompok untuk berdiskusi terkait berbagai masalah yang ada di organisasi serta solusi dari masalah tersebut. Setiap kelompok diwajibkan mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan.

Selanjutnya ada materi terkait public speaking dari dr. Andri, pakar seksologi sekaligus penyiar radio dan presenter TV swasta lokal. Dalam materi ini peserta dibuat tertawa terbahak – bahak dikarenakan penyampaian materi dari beliau yang asyik dan seru tanpa mengenyampingkan urgensi materi yang dibawakan. Dalam materi kalian ini peserta belajar tentang bagaimana menjadi seorang public speaker yang baik dan handal.

Sebagai follow up dari materi public speaking dari dr. Andri, peserta berkelompok untuk berdiskusi terkait penampilan yang akan dibawakan oleh masing – masing kelompok. Untuk tema, pihak panitia tidak membatasi oleh karena itu peserta bebas memilih tema seseuai dengan kretivitas mereka. Acara kali ini berakhir dengan presentasi dari masing – masing kelompok.

Kemudian peserta diajak keluar menuju lapangan untuk menerima tentangan dari pihak panitia. Dan tantangan kali ini adalah Firewalk, berjalan di atas bara api. Sebelumnya peserta telah menandatangani surat pernyataan yang isinya siap menerima semua tantangan dari panitia dan siap menanggung akibatnya. Satu per satu peserta mulai melewati bara api tanpa halangan yang berarti. Ada beberapa peserta yang sempat ketakutan namun pada akhirnya tetap mencoba dan berhasil. Kemudian peserta kembali ke villa untuk istirahat.

Hari ketiga, seperti biasa acara dimulai dengan olahraga pagi bersama. Pada hari terakhir ini acaranya adalah outbond. Peserta di ajak mendaki bukit untuk menuju lokasi outbond. Dalam perjalanan terdapat beberapa rintangan. Yang pertama adalah tangan peserta diikat dengan tangan peserta lainnya yang satu kelompok. Hal ini membuat perjalanan mendaki menjadi lebih berat.

Rintangan kedua adalah semua mata peserta dalam satu kelompok ditutup kecuali salah seorang di antara mereka yang bertugas sebagai seorang pemandu. Perjalanan menjadi sangat lambat dikarenakan harus berhati -hati dalam melangkah. Sesampainya di tepat tujuan, setiap kelompok diajak untuk bersaing dalam memenangkan setiap games yang disiakan oleh panitia. Setelah semua games selasai, peserta pun kembali ke villa untuk bersih – bersih diri dan packing.

Setelah semua peserta selesai bersih – bersih diri dan packing, acar ditutup dengan beberapa patah kata dari pihak panitia. Akhirnya bis yang ditunggu – tunggu datang juga. Peserta mulai masuk satu per satu dan memilih tempat duduk masing – masing dan bersiap untuk pulang ke Solo. Setelah 1,5 jam perjalanan bis sampai di belakang kampus UNS dan peserta mulai turun dan berpamitan satu sama lain. “See you next time bro, sist”, begitulah kira – kira perkataan setiap peserta. Sebelumnya peserta telah sepakat untuk membentuk wadah sebagai follow up acara ini yaitu PASSION (PASAL in Action). Acara berakhir dengan semangat baru, teman baru, serta ilmu baru.


Siapa kita? MAHASISWA, MAHASISWA, MAHASISWA, DAHSYAT LUAR BIASA!! *jargon PASAL 2012

Posted on 5:37:00 AM by Unknown

1 comment

2/06/2014

Sinopsis buku Ayah Buya Hamka
"Ayah..." Kumpulan Kisah Buya Hamka
Buya Hamka. Begitulah orang akrab memanggilnya. Lelaki bernama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah ini merupakan salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini. Ya bisa dibilang beliau termasuk salah satu manusia langka yang pernah dimiliki Indonesia. Belum tentu dalam jangka waktu 100 tahun akan dilahirkan Hamka-Hamka yang lain dari rahim seorang perempuan Indonesia.

Seberapa jauh kita mengenal Buya Hamka? Mungkin tak banyak. Kebanyakan dari kita cuma mengenal luarnya saja dari buku-buku sejarah yang telah usang. Lantas, Bagaimana kalau seorang anak dari Buya Hamka mencoba mengenalkan sosok Buya Hamka kepada kita lewat sebuah buku? Cukup menarik…

Ayah…

Adalah Irfan Hamka nama anak tersebut (kalau sekarang lebih cocok dipanggil kakek). Seorang anak dari Buya Hamka sekaligus penulis buku “Ayah…”. Lewat buku ini kita bisa mengenal lebih dekat sosok Buya Hamka. Entah itu sebagai seorang ulama, politisi, sastrawan, maupun sebagai seorang ayah. Irfan Hamka mampu mendeskripsikan kepada kita sosok Buya Hamka dengan baik. Cukup dengan bahasa yang ringan namun sarat akan makna.

Lewat buku “Ayah…” kita seakan mengenal Buya Hamka secara personal. Kita bisa melihat berbagai peristiwa besar yang pernah dialami oleh Buya Hamka, termasuk yang berkaitan dengan urusan keluarga.

Buku “Ayah…” terdiri dari 10 bagian, yang isinya :

Bagian Satu..
Sebelum bercerita tentang sosok Buya Hamka, penulis mengajak kita untuk sejenak mengenang nasihat dari Buya Hamka yang begitu berkesan bagi penulis. Nasihat yang dianggap masih relevan dengan kondisi saat ini.

Bagian Dua..
Pada bagian ini secara khusus penulis mencoba menghadirkan sosok Buya Hamka di mata anak-anaknya ketika mereka masih kecil. Tak banyak dan tak runtut namun cukup untuk menggambarkan sosok Buya Hamka, ayah yang begitu disayang oleh keluarganya.

Bagian Tiga..
Unik. Mungkin itulah kata yang paling tepat untu menggambarkan bagian ini. Di sini penulis bercerita tentang kisah Buya Hamka berdamai dengan jin penunggu rumah mereka.

Bagian Empat..
Pada bagian ini penulis bercerita tentang pengalamannya beserta ayah dan ibunya ketika menjadi pelaut. Eh, maksud saya ketika naik haji. Biarpun gak salah juga sih, karena waktu itu perjalanan menuju tanah suci masih ditempuh menggunakan kapal laut. Haha.

Bagian Lima..
Perjalanan ke tanah suci bisa jadi kurang lengkap jika tidak berkunjung ke negara arab yang lain, sebut saja Suriah, Lebanon, Irak, dan Kuwait. Pada bagian inilah perjalanan ke negara-negara tersebut diceritakan. Sebuah perjalanan antara hidup dan mati.

Bagian Enam..
Penulis di sini mencoba mengemukakan pendapatnya bahwa Buya Hamka merupakan seorang sufi. Bukan sekedar pendapat kosong namun disertai beberapa alasan.

Bagian Tujuh..
Dibalik seorang lelaki hebat di belakangnya selalu ada sosok perempuan yang hebat pula. Diceritakan di sini sosok perempuan hebat dibalik nama Buya Hamka. Siapa lagi kalau bukan  adalah istri beliau, Siti Raham.

Bagian Delapan..
Siapa sih yang tidak suka dengan kucing? Saya kira hampir semuanya suka. Nah, ternyata Buya Hamka juga memiliki seekor kucing kesayangan bernama si kuning. Kucing yang setia.

Bagian Sembilan..
Pada bagian ini penulis bercertia tentang lika liku kehidupan ayahnya mulai dari kecil hingga menjadi Buya Hamka yang kita kenal saat ini dengan sejumlah karyanya. Sebut saja tafsir Al-Azhar, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, dan masih banyak lagi. Bagian ini semakin menarik karena ditambahkan pula tentang kisah hubungan Buya Hamka dengan tokoh nasional yang lain.

Bagian Sepuluh..
Akhir dari isi buku ini sekaligus akhir dari segala cerita. Bagian ini mengisahkan detik-detik sebelum Buya Hamka meninggal dunia.

Belajar sejarah mengajak kita untuk menengok jauh ke belakang. Mengenang kembali peristiwa-peristiwa yang telah lampau. Bukan berarti kita “gagal move on”, namun lewat sejarahlah kita merangkai masa depan yang lebih baik. Meminjam kalimatnya Bung Karno, “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah!”.


#Acil dan masa lalu

Posted on 6:43:00 PM by Unknown

No comments

2/05/2014

Waktu, perlahan tapi pasti terus berjalan. Meninggalkan siapapun dan apapun di belakang. Waktu itu relatif. Satu jam berekreasi bisa jadi terasa sebentar sedangkan satu menit saja di atas bara api bisa jadi terasa lama sekali. Begitulah waktu, pasti berjalan namun tak pasti rasanya.

Bicara tentang waktu, tenyata sudah setahun lamanya saya bergabung bersama Solo Mengajar (SM). Entah sudah berapa lembar cerita yang tertulis dan sudah berapa banyak potret yang terekam. Tidak ada yang tahu jumlah pastinya, namun pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit berbagi memori saya tentang Solo Mengajar selama setahun ini.

Awal Mula, #SM, setahun bersama...
Mengajar dan anak-anak merupakan dua hal yang menyenangkan bagi saya. Lewat mengajar saya bisa berbagi banyak hal sedangkan dari anak-anak saya banyak belajar tentang keceriaan dan ketulusan. Dua hal yang saya cari di penghujung tahun 2012. Alhamdulillah, Allah menyegerakan hal baik untuk saya. Lewat perantara seorang teman, Januari 2013 saya mengenal yang namanya Solo Mengajar. Terima kasih Apriliana Kurniasari.

Saya masih ingat betul ketika pertama kali menginjakkan kaki di Taman Cerdas Mojosongo. Mulai dari, “Eh, ini acara apaan?”, “ Kok ada banyak anak-anak?”, “Itu mas dan mbaknya siapa dan mau ngapain?”, hingga “Solo Mengajar itu apa?”. Harap maklum karena waktu itu saya asal ngekor aja si nia tanpa tau arah dan tujuan…Haha. Usut punya usut, tenyata mas dan mbaknya adalah volunteer SM yang akan melaksanakan kegiatan rutin mereka, mengajar di Taman Cerdas Mojosongo.

Sekali untuk Seterusnya, #SM, setahun bersama...
Belum kelar rasa senengnya karena akhirnya menemukan dua hal yang saya cari, eh sudah diminta ikutan ngajar. Waduh…gimana ini? Saya gak ngerti apa-apa. Tapi asal jalanin aja deh, tidak ada salahnya juga dicoba. Dan korban pertama saya adalah kelas 5 SD, kelas yang berisi sekumpulan anak hyper aktif. Sebentar, sepertinya malah saya yang jadi korban. Tak banyak nama yang kuingat dari anak kelas 5 pada waktu itu. Nampaknya cuma Bunga nama yang kuingat, seorang anak perempuan chubby dengan potongan rambut mirip Dora.

Awalnya sih agak kikuk namun mulai biasa seiring detik berganti menit dan menit berganti jam. Tak terasa satu jam sudah berlalu dan selesai pula kegiatan belajar pada malam itu. Tambahan, waktu itu pelajarannya adalah Bahasa Inggris dan saya lupa bahasa inggrisnya pramugari itu apa. Haha. Biarpun mengajar pertama saya tidak bisa dikatakan sukses namun dari sinilah saya memutuskan untuk terus mengajar di sini, di Solo Mengajar.

Keterbukaan, #SM, setahun bersama...
Bertemu dengan orang-orang baru dan lingkungan baru selalu saja menyenangkan. Apalagi jika lingkungan baru tersebut sangat kondusif. Keterbukaan. Itulah yang kurasakan di Solo Mengajar. Memang kami baru saja mengenal satu sama lain, namun rasanya seperti sudah lama. Sekali lagi, waktu itu relatif.

Demikian tadi kisah saya saat pertama kali mengenal Solo Mengajar. Sebuah kisah yang mengawali lahirnya kisah-kisah yang lain. Nantikan juga kelanjutan kisah ini di postingan berikutnya. Masih di edisi spesial #SM, Setahun Bersama.
Bagi kalian yang tertarik dengan Solo Mengajar, bisa tuh kunjungi saja web, facebook, maupun twitter Solo Mengajar. Kebetulan Solo Mengajar lagi ada Open Recruitment untuk volunteer VII. Jangan sampai ketinggalan. SM…Top!

Informasi lebih lanjut :
Web                    : solomengajar.org
Facebook         : Solo Mengajar
Twitter              : @SoloMengajar

#Acil and friend's

Posted on 7:03:00 AM by Unknown

No comments

2/03/2014

KEDAULAN ITU di TANGAN RAKYAT. Ya, cuma 5 menit dan setiap 5 tahun sekali.

Saya rasa kalimat di atas cukup bisa menggambarkan kondisi Indonesia saat ini. Kapan lagi suara rakyat dicari-dicari, dinomor satukan, dan masuk perhitungan kalau tidak waktu pemilu. Saya kira waktu 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar, sedangkan waktu 5 menit benar-benar waktu yang sebentar. Akan sangat disayangkan jika  waktu 5 menit yang berharga tersebut kita lewatkan begitu saja tanpa membuat pilihan yang benar.

Untuk itu, sudahkah Anda menentukan pilihan pada pemilu 2014 ini? Nyontreng atau golput? Partai Hitam apa Partai Putih? Caleg A apa Caleg B? Capres X atau Capres Z?

Bagi yang sudah memilih,
Saya ucapkan SELAMAT karena Anda telah berani memilih.  Akan tetapi tidak ada salahnya untuk di cek kembali, barangkali ada pilihan yang lebih baik. Barangkali lho ya…

Bagi yang masih belum menentukan pilihan,
Saya kira belum terlambat untuk memilih. Setidaknya masih ada waktu kurang lebih 2 bulan untuk menentukan pilihan. Mari kita gunakan waktu 2 bulan ini untuk ‘semedi’, berpikir dengan jernih agar bisa menentukan pilihan yang terbaik.

Oke, mari coba kita uraikan pertanyaan di atas satu persatu.

Pertama, nyontreng atau golput? Sebuah pertanyaan yang akan mempengaruhi jawaban dari pertanyaan selanjutnya. Bagi yang memilih nyontreng maka pertanyaan akan berlanjut sedangkan bagi yang memilih golput maka pertanyaan berhenti sampai di sini.

Dengan nyontreng, berarti Anda telah turut berpartisipasi dalam menentukan masa depan bangsa ini dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. HEBAT bukan? Sedangkan jika Anda memilih golput maka jangan pernah Anda bertanya tentang kabar bangsa ini, apalagi sampai menuntut ini dan itu.  Tidak pantas.

Golput dari tahun ke tahun makin tenar saja. Jumlah pemilihnya semakin banyak saja. Bisa jadi dalam beberapa tahun ke depan golput lah yang akan memenangi sebuah pemilu. Mereka yang memilih menjadi golongan putih tentunya mempunyai alasan tersendiri, mulai dari kecewa dengan pemerintahan yang ada, calon yang tidak dikenal, takut salah pilih dan lain sebagainya. Saya di sini tidak mau menyalahkan mereka yang memilih golput karena bagi saya itu merupakan salah satu sikap politik dan itu adalah sebuah pilihan.

Bagi kalian yang merasa tidak puas dengan pemerintah dan wakil rakyat yang ada saat ini, maka saya sarankan untuk memilih “nyontreng”. Bagi saya itu merupakan salah satu bentuk usaha Anda untuk memilih pengganti yang lebih baik. Bingung mau pilih siapa? Jawabannya gampang, pilihlah yang terbaik dari yang baik, jika sampai tidak ada yang baik, maka pilihlah yang paling sedikit jeleknya. Simpel kan..

Oke, bagi yang sudah atau akan memilih “nyontreng” mari kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya. Partai Hitam apa Partai Putih? Caleg A apa Caleg B? Capres X atau Capres Z? memilih nyontreng saja ternyata tidak cukup karena kita masih dihadapkan pada pilihan-pilhan yang lain. Mulai dari partai, caleg, hingga capres.

Untuk partai, saya kira ini merupakan pertanyaan yang lebih mudah ketimbang 2 pertanyaan selanjutnya. Hampir semua partai peserta pemilu 2014 ini bukanlah partai baru, hampir semuanya telah menjadi peserta pada pemilu 5 tahun silam. Dari situ setidaknya kita bisa mengetahui track record partai tersebut. Mulai dari jejak prestasi hingga jejak korupsi. Di zaman digital ini semua informasi tersebut dapat dengan mudah didapatkan jika mau mencari. Sekali lagi, jika mau mencari.

Untuk caleg, saya kira ini pertanyaan yang cukup sulit. Pertama, tak jarang kita menemukan fenomena “mendadak caleg” di sekitar kita. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba penjual nasi goreng gang sebelah ikut-ikutan nyaleg, misalnya saja. Bukan bermaksud meremehkan namun di sini saya ingin kita turut mempertimbangkan kehadirannya. Ya kali aja para pendatang baru ini justru memiliki telinga yang lebih peka dari pada muka-muka lama.  Kedua, banyak nama yang tidak kita kenal. Untuk caleg sekelas DPR RI bisa jadi kita masih mengenalnya namun untuk sekelas DPRD saya kira lebih banyak yang tidak kita kenal dari pada yang kita kenal.

Terus gimana dong milihnya? Sama seperti ketika memilih sebuah partai, kita lihat track record para caleg tersebut. Yang paling mudah, coba aja cari halaman facebook, twitter, akun sosmed lainnya dari caleg tersebut. Barangkali ada informasi yang bisa membantu kita untuk memilih. Kepo dikit gak papa lah. Demi kebaikan…

Repot ya? Iya sih…nah, bagi yang gak mau repot milih satu caleg dari sejuta caleg yang ada (kalau yang ini lebay). Pilih saja partainya. Kalau memang sudah percaya dengan partai tersebut , tidak ada salahnya untuk memberikan kepercayaan pada partai tersebut untuk menentukan wakil yang tepat untuk kita. Ya tentu saja tepat di sini tepat menurut versi partai tersebut.

Untuk capres, ini yang terakhir sekaligus yang paling penting. Ada sebuah ungkapan bahwa pemimpin itu ibarat mata air, baik buruknya akan mempengaruhi kondisi air di hilir, dalam hal ini rakyat. Jadi, mari kita pikirkan dengan matang bahkan kalau perlu sampai gosong pilihan kita yang satu ini.

Pendaftaran capres dan cawapres memang belum dibuka, namun sudah ada beberapa nama yang mulai mengudara. Ada yang secara terang-terangan mendeklarasikan dirinya, ada pula yang masih malu-malu, dan ada juga yang masih berjuang terpilih dalam konvensi. Calon-calon yang sudah ada tersebut memang belum pasti maju sebagai capres, namun tidak ada salahnya kita mulai dari sekarang untuk mulai memantau sepak terjang para capres tersebut. Kita cermati dengan baik track record mereka. pahami visi misi mereka. dan jangan lupa bayangkan kondisi Indonesia 5 tahun ke depan jika dipimpin capres tersebut.

Sekali lagi, urusan memilih adalah urusan pribadi. Saya yakin setiap orang pada akhirnya akan membuat sebuah pilihan karena tidak memilih pun itu adalah sebuah pilihan. Akan tetapi, marilah kita gunakan akal sehat kita untuk memilih karena setelah pilihan pasti ada konsekuensi. Mari sama-sama berdoa bahwa apa yang sudah kita pilih ini akan membawa kebaikan pada kita semua. Amiin.

Apa yang saya paparkan di atas hanyalah pendapat pribadi, jika ada perbedaan pendapat mari kita diskusikan bersama.


#Acil, Yook Memilih..

Posted on 2:02:00 PM by Unknown

No comments

2/01/2014

REMAKE. Mungkin itulah kata yang paling tepat untuk mewakili apa yang aku lakukan pada blog ini. Blog yang telah hadir semenjak satu tahun ini telah lama terbengkalai, usang-berdebu-bahkan mungkin saja sudah dimakan rayap (anggap saja kayu). Bukan tanpa sebab sih, semua bermula dari serangan dari web sebelah dengan rupiahnya. Tak perlu banyak alasan lagi, rumput di pekarangan tetangga lebih hijau dan pekarangan sendiri pun akhirnya dilupakan.

Sebenarnya waktu itu masih ada keinginan untuk sesekali menengok pekarangan sendiri. Namun apa daya, faktor rupiah dikalikan dengan faktor kebutuhan hasilnya lebih besar dari keinginan itu sendiri. Dan akhirnya “tinta putih” ini benar-benar terlupakan. Biasalah penyakit.

Belum lagi apabila menilik fakta bahwa “tinta putih” itu lahir prematur. Ya, “tinta putih” hadir di saat aku belum siap menerima segala differensial dari kata “aku mau buat blog”. Bingung? Sengaja sih…tapi justru di situlah letak seninya. Haha.

Semua gara-gara adanya penugasan yang mewajibkan yang ditugasi untuk mengunggah tugasnya di blog pribadi (tettooottt, anda mengulang kata tugas). Baru tahu? Gak penting juga sih, toh itu semua juga tulisanku sendiri. Eh, gak nding ada satu yang merupakan tulisan bersama. Jadi kalau mau dirinci, dari 5 tulisan yang sudah ada, satu merupakan tulisan bersama, dua merupakan penugasan, satu lagi merupakan essay ku, dan sisanya merupakan tulisan yang dibuat dengan kesadaran penuh khusus untuk blog.

Posted on 4:32:00 PM by Unknown

3 comments