REMAKE. Mungkin itulah kata yang paling tepat untuk mewakili apa yang aku lakukan pada blog ini. Blog yang telah hadir semenjak satu tahun ini telah lama terbengkalai, usang-berdebu-bahkan mungkin saja sudah dimakan rayap (anggap saja kayu). Bukan tanpa sebab sih, semua bermula dari serangan dari web sebelah dengan rupiahnya. Tak perlu banyak alasan lagi, rumput di pekarangan tetangga lebih hijau dan pekarangan sendiri pun akhirnya dilupakan.

Sebenarnya waktu itu masih ada keinginan untuk sesekali menengok pekarangan sendiri. Namun apa daya, faktor rupiah dikalikan dengan faktor kebutuhan hasilnya lebih besar dari keinginan itu sendiri. Dan akhirnya “tinta putih” ini benar-benar terlupakan. Biasalah penyakit.

Belum lagi apabila menilik fakta bahwa “tinta putih” itu lahir prematur. Ya, “tinta putih” hadir di saat aku belum siap menerima segala differensial dari kata “aku mau buat blog”. Bingung? Sengaja sih…tapi justru di situlah letak seninya. Haha.

Semua gara-gara adanya penugasan yang mewajibkan yang ditugasi untuk mengunggah tugasnya di blog pribadi (tettooottt, anda mengulang kata tugas). Baru tahu? Gak penting juga sih, toh itu semua juga tulisanku sendiri. Eh, gak nding ada satu yang merupakan tulisan bersama. Jadi kalau mau dirinci, dari 5 tulisan yang sudah ada, satu merupakan tulisan bersama, dua merupakan penugasan, satu lagi merupakan essay ku, dan sisanya merupakan tulisan yang dibuat dengan kesadaran penuh khusus untuk blog.

Rencana dan semoga bukan wacana

Menghidupkan kembali “tinta putih” bukanlah sebuah keinginan sesaat. Kembalinya “tinta putih” merupakan salah satu agenda besar yang aku usung semenjak akhir 2013 dan merupakan salah satu resolusi untuk tahun 2014. Alhamdulillah, sebelum bursa transfer pemain berakhir, aku telah berhasil memindahkan keinginanku ini dari sekedar wacana menjadi kenyataan. Yes, satu resolusi selesai. CORET!

Lantas apakah cukup sampai di sini? Gak lah…Apa kata emak ntar? (Emak ngerti beginian aja kagak, haha). Masih jauh panggang dari api, karena yang terpenting bukanlah tampilan baru yang kece abis namun tulisan dari pemiliknya lah yang kan selalu dinanti.

Pernah nih ya, duluuu banget. Pas uang gambar monyet dan perahu layar masih laku di pasaran. Timbul pertanyaan gini, “ngapain juga sih repot-repot nulis di blog, sudah capek, belum tentu juga dapet respon positif dari pembaca?”. Dan jawabnya adalah…peduli amat. Toh faktanya aku sendiri banyak belajar dari menulis. Lewat berbagai tulisan yang pernah aku buat ini aku jadi mengerti sampai batas mana pengetahuan yang aku miliki. Ya jadi kalau dikatakan tulisannya jelek, ya simpel saja. Belajar lagi. Masalah selesai.

Lebih lanjut lagi, lewat budaya tulis menulis ini juga lah yang membuat rupiah mau mendekat padaku. Ya biarpun tak seberapa namun lumayan lah untuk modal hidup sebagai mahasiswa.

Oke, tak perlu dilanjutkan lagi, nanti malah melebar kemana-mana. Bisa-bisa malah jadi sesi curhat. Sebelum mengakhiri postingan kali ini, ada sedikit kata-kata yang menarik dari Pak Guru J. Sumardianta, penulis buku Guru Gokil Murid Unyu :

“Bagi saya, membaca merupakan aktivitas memperkaya diri sendiri dengan makna dan menulis adalah kegiatan berbagi inspirasi dan kebahagiaan bagi pembaca”



#Acil, Senyum Sehat Semangat