Waktu, perlahan tapi pasti terus berjalan. Meninggalkan siapapun dan apapun di belakang. Waktu itu relatif. Satu jam berekreasi bisa jadi terasa sebentar sedangkan satu menit saja di atas bara api bisa jadi terasa lama sekali. Begitulah waktu, pasti berjalan namun tak pasti rasanya.

Bicara tentang waktu, tenyata sudah setahun lamanya saya bergabung bersama Solo Mengajar (SM). Entah sudah berapa lembar cerita yang tertulis dan sudah berapa banyak potret yang terekam. Tidak ada yang tahu jumlah pastinya, namun pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit berbagi memori saya tentang Solo Mengajar selama setahun ini.

Awal Mula, #SM, setahun bersama...
Mengajar dan anak-anak merupakan dua hal yang menyenangkan bagi saya. Lewat mengajar saya bisa berbagi banyak hal sedangkan dari anak-anak saya banyak belajar tentang keceriaan dan ketulusan. Dua hal yang saya cari di penghujung tahun 2012. Alhamdulillah, Allah menyegerakan hal baik untuk saya. Lewat perantara seorang teman, Januari 2013 saya mengenal yang namanya Solo Mengajar. Terima kasih Apriliana Kurniasari.

Saya masih ingat betul ketika pertama kali menginjakkan kaki di Taman Cerdas Mojosongo. Mulai dari, “Eh, ini acara apaan?”, “ Kok ada banyak anak-anak?”, “Itu mas dan mbaknya siapa dan mau ngapain?”, hingga “Solo Mengajar itu apa?”. Harap maklum karena waktu itu saya asal ngekor aja si nia tanpa tau arah dan tujuan…Haha. Usut punya usut, tenyata mas dan mbaknya adalah volunteer SM yang akan melaksanakan kegiatan rutin mereka, mengajar di Taman Cerdas Mojosongo.

Sekali untuk Seterusnya, #SM, setahun bersama...
Belum kelar rasa senengnya karena akhirnya menemukan dua hal yang saya cari, eh sudah diminta ikutan ngajar. Waduh…gimana ini? Saya gak ngerti apa-apa. Tapi asal jalanin aja deh, tidak ada salahnya juga dicoba. Dan korban pertama saya adalah kelas 5 SD, kelas yang berisi sekumpulan anak hyper aktif. Sebentar, sepertinya malah saya yang jadi korban. Tak banyak nama yang kuingat dari anak kelas 5 pada waktu itu. Nampaknya cuma Bunga nama yang kuingat, seorang anak perempuan chubby dengan potongan rambut mirip Dora.

Awalnya sih agak kikuk namun mulai biasa seiring detik berganti menit dan menit berganti jam. Tak terasa satu jam sudah berlalu dan selesai pula kegiatan belajar pada malam itu. Tambahan, waktu itu pelajarannya adalah Bahasa Inggris dan saya lupa bahasa inggrisnya pramugari itu apa. Haha. Biarpun mengajar pertama saya tidak bisa dikatakan sukses namun dari sinilah saya memutuskan untuk terus mengajar di sini, di Solo Mengajar.

Keterbukaan, #SM, setahun bersama...
Bertemu dengan orang-orang baru dan lingkungan baru selalu saja menyenangkan. Apalagi jika lingkungan baru tersebut sangat kondusif. Keterbukaan. Itulah yang kurasakan di Solo Mengajar. Memang kami baru saja mengenal satu sama lain, namun rasanya seperti sudah lama. Sekali lagi, waktu itu relatif.

Demikian tadi kisah saya saat pertama kali mengenal Solo Mengajar. Sebuah kisah yang mengawali lahirnya kisah-kisah yang lain. Nantikan juga kelanjutan kisah ini di postingan berikutnya. Masih di edisi spesial #SM, Setahun Bersama.
Bagi kalian yang tertarik dengan Solo Mengajar, bisa tuh kunjungi saja web, facebook, maupun twitter Solo Mengajar. Kebetulan Solo Mengajar lagi ada Open Recruitment untuk volunteer VII. Jangan sampai ketinggalan. SM…Top!

Informasi lebih lanjut :
Web                    : solomengajar.org
Facebook         : Solo Mengajar
Twitter              : @SoloMengajar

#Acil and friend's