Mempunyai pekerjaan menjadi seorang penulis
berita amatiran, membuat saya mau tidak mau harus selalu update tentang informasi
yang sedang berkembang. Cara yang paling sering saya lakukan ya buka lepi --> colokin modem --> buka Chrome --> buka portal berita online kenamaan --> carideh berita yang lagi nge hits. Mudah
aja dan gak perlu pakai repot.
Kali ini berbagai jurus sudah kulakukan, klik inilah,
klik tulah, scroll atas hingga scroll bawah menthok namun belum juga nemu topik
berita yang pas. Pencarian berhenti sejenak. Di depan mata sudah terpampang sebuah
berita berisi tentang laporan dana kampanye partai politik peserta Pemilu 2014.
Menarik. Setidaknya ada 4 hal yang membuatku tertarik untuk mengomentari berita
yang satu ini, pertama adalah uang, kedua adalah parpol, ketiga adalah Pemilu
2014, dan yang keempat adalah uang lagi.
PERTAMA, mari kita bicara tentang uang. Tak banyak
yang ingin saya bicarakan di sini karena takut tak bisa berhenti jika sudah
bicara terlalu banyak tentang uang. Baik, di laporan tersebut tertulis angka
miliaran rupiah, mulai dari puluhan hingga ratusan miliar rupiah. Jumlah yang
bisa dibilang tidak sedikit bagi banyak orang namun bisa jadi merupakan sebuah
jumlah yang sedikit bagi sebagian kecil lainnya. Karena belum pernah lihat dan
punya uang sebanyak itu maka saya sepakat dengan banyak orang bahwa itu jumlah
uang yang banyak.
KEDUA, mari mengalihkan perhatian sejenak
dari uang menuju parpol. Salah satu makanan favorit bagi jurnalis ini, cukup
ramai dibicarakan akhir-akhir ini. entah sudah berapa banyak berita yang
dihasilkan hanya dari makanan bernama partai politik. Dari sekian banyak berita
yang dihasilkan, hampir semuanya berisi berita negatif. Sebut saja skandal
korupsi, salah satunya. Lantas apa yang membuat topik ini menjadi menarik? Ya karena
apa lagi kalau bukan karena saya menunggu datangnya berita baik mengenai makanan
yang satu ini.
KETIGA, bergeser sedikit dari parpol mari kita
bicara tentang Pemilu 2014. Sebagai salah satu syarat sah ‘demokrasi’, maka
untuk memilih pemimpin di negeri ini diadakanlah sebuah pemilu. Pemilu 2014
sendiri bakal menjadi pemilu ketiga sepanjang sejarah berdirinya negara
Indonesia. Jika pada 2 pemilu sebelumnya yang menjadi pemenangnya adalah orang
yang sama, maka pada tahun ini akan ada ‘wajah baru’ yang bakal menjadi
pemenang. Ini dia yang paling menarik. Siapakah sosok yang paling banyak
dipilih oleh rakyat Indonesia tahun ini? sosok yang bakal menjadi nahkoda dari sebuah
bahtera besar bernama Indonesia. Sepertinya saya harus bersabar, setidaknya
untuk beberapa bulan ke depan jika ingin mengetahui dari pertanyaan tersebut.
KEEMPAT, mari kita abaikan sejenak poin kedua,
ketiga dan kembali kEpada poin pertama. Uang. Ketika deretan-deretan angka terpampang
di depan mata, naluri saya sebagai orang eksak untuk menjumlahkan angka-angka
tersebut tak dapat dibendung lagi. Tanpa kesulitan yang berarti, semua
angka-angka tersebut telah selesai saya jumlahkan. Dan ternyata total uang
sebanyak Rp 1,9385 triliun bakal dihabiskan oleh kedua belas parpol peserta
pemilu pada tahun ini. Jumlah yang tak bisa dibilang sedikit lagi. Bahkan itu belum
termasuk biaya-biaya tambahan yang tidak tercatat di buku keuangan. Padahal dengan
uang sebanyak Rp 1,9385 triliun saja saya sudah bisa membeli persediaan es krim
untuk seumur hidup.
SATU-EMPAT, saatnya kita bicara yang lebih umum. Sebulan
lagi, tepatnya pada 9 April 2014 nanti Indonesia bakal melaksanakan pemilu legislatif.
Namun menjelang pelaksanaannya, isu golput seakan tak kunjung surut malah
semakin meningkat. Padahal biaya yang dikeluarkan oleh tiap parpol untuk
membeli suara rakyat tidaklah sedikit. Total Rp 1,9385 triliun bakal
dikeluarkan oleh kedua belas parpol peserta pemilu 2014.
Lihatlah. Lihatlah. Betapa mahalnya demokrasi
di negeri ini. Demokrasi yang kalau Aristoteles bilang sebagai sistem terburuk
untuk memilih pemimpin namun di sisi lain merupakan sistem yang paling mungkin
untuk dilaksanankan.
Saya mau bilang, dengan biaya sebanyak itu
apakah tidak sayang jika pemimpin yang terpilih bukanlah pemimpin yang terbaik?
Masihkah terbesit di pikiran untuk tidak memilih di Pemilu 2014 nanti? Terlepas
dari besarnya uang yang dikeluarkan, sebagai rakyat yang masih waras saya
bilang, memilih adalah suatu keharusan. Jika
masih menginginkan Indonesia lebih baik, maka ikuti aturan mainnya. Karena Indonesia
memilih sistem demokrasi yang membuat semua orang bisa mengajukan diri sebagai
caleg maupun capres asal memenuhi ketentuan yang sudah ditetapkan, hadirnya
orang-orang yang merasa layak tapi sebenarnya tidak layak tak dapat
dihindarkan.
Jadilah pemilih yang cerdas. Sepertinya yang
pernah saya sampaikan di postingan sebelumnya, ‘Acil, Lebih baik memilih’,
pilihlah yang terbaik dari yang baik, jika tak ada yang baik maka pilihlah yang
paling sedikit keburukannya.
Partai Politik
|
Laporan Awal Dana Kampanye
|
Nasdem
|
Rp 139 miliar
|
PKB
|
Rp 69,7 miliar
|
PKS
|
Rp 82,4 miliar
|
PDIP
|
Rp 220,8 miliar
|
Golkar
|
Rp 174 miliar
|
Gerindra
|
Rp 306,6 miliar
|
Demokrat
|
Rp 268,1 miliar
|
PAN
|
Rp 256,3 miliar
|
PPP
|
Rp 96,8 miliar
|
Hanura
|
Rp 241 miliar
|
PBB
|
Rp 47,3 miliar
|
PKPI
|
Rp 36,4 miliar
|