Aku sedang mencoba menapaki jembatan biru yang melintang di antara sungai besar yang hanya dapat dilalui dari satu arah.
Kau harus mencoba melewatinya. Jembatan itu… pasti ada sesuatu di seberang sana. Namun, yang harus kau ingat adalah kerja keras dan usahamu untuk mencapai seberang karena ini bukan tentang apa yang ada di seberang. Ini hanya apa yang ada di kepalaku.
Bayangan tentang jembatan itu perlahan memudar, mengabur bersama datangnya kabut di pagi hari. Dan aku hanya bisa terpaku memandang kosong ke arah langit yang terkesan begitu sombong kali ini. Entahlah.
Tapi bukankah kabut itu akan segera menghilang, pergi bersama angin? Masihkah kau mau menuju seberang? Bawalah lentera itu dan berilah cahaya di tempatmu menapak.
Tidak! Sungguh sekali pun tidak.
Kabut itu turunnya dari semesta dan tak akan hilang sebelum semesta berkehendak.
Aku akan menunggu bidadari yang akan membawaku terbang bersama angin.
Dan kau akan tetap berdiam diri?
Apakah kini kau merasa kehilangan arah?
Kau sedang berdiam diri.
Bukan kehilangan arah.
Aku hanya mencoba bersabar dan bersahabat dengan keadaan.
Tahukah kau bahwa kali ini banyak tulisan-tulisan yang telah terhapus?
Ini hanya sebuah denotasi.
Biarkan mengalir saja. Ya. Itulah yang menurutku baik.
0 comments:
Post a Comment