taman cerdas gandekan solo mengajar
Saya Beda
Saya beda. Dua kata yang tak sulit untuk dipahami bagi kita orang dewasa, bahkan begitu mudah kita ucapkan. Namun apakah kata tersebut bisa diucapkan begitu saja oleh seorang anak kecil?

Saya mencoba membayangkan ada seorang anak yang selama ini mendapatkan cap sebagai anak bodoh hanya karena lemah di pelajaran matematika bisa mengucapkan “saya beda, saya itu sukanya bernyanyi”

Saya juga mencoba membayangkan ada seorang anak yang selama ini terkenal bandel, nakal, dan suka usil di kalangan guru-guru berani bilang, “saya beda, saya hanya punya energi berlebih”

Saya lagi-lagi mencoba membayangkan seorang anak yang menderita disleksia, berani mengucapkan “saya beda” kepada gurunya sehingga ia mendapatkan perlakuan khusus dari gurunya, bukan justru mendapatkan cap pemalas apalagi bodoh hanya karena memiliki dunianya sendiri.


Tidak tidak. Terlalu berlebihan rasanya membayangkan hal seperti itu. Hati seorang anak terlalu bersih untuk mencari-cari alasan akan ketidakmampuannya. Tidak seperi kita yang selalu punya berjuta alasan.